Kisah Sepasang Burung Dara

Sumber foto: https://rahasiabelajar.com/jenis-burung-dara/

Oleh: Andri Satria Masri, S.E., M.E. *) 

Teman, maukah engkau mendengar kisah sederhana namun menarik ini? Kisah sepasang burung Dara yang baru saja melangsungkan ijab kabul di depan orang tua dan teman-temannya. Di depan orang-orang yang sangat mencintai mereka, janji sehidup semati dalam suka dan duka diikrarkan dengan lantang penuh semangat. Pasangan baru itu bertekad akan membentuk mahligai rumah tangga yang sakinah mawaddah warrahmah dengan anak-anak yang banyak agar garis keturunan mereka semakin berkembang biak melanjutkan keharuman nama baik leluhurnya. 

Usai ijab kabul, pasangan burung Dara tersebut pun melangkah ke luar sarang orang tua mereka mengepakkan sayap terbang mencari sarang baru untuk mewujudkan tekad suci yang telah diikrarkan. 

Kedua burung Dara itu terbang mengangkasa mencari pohon sebagai tempat mereka bersarang. Setelah terbang berdampingan selama hampir tiga jam tanpa henti, sampailah mereka di sebuah rumah yang di halaman depannya tumbuh satu pokok pohon Mangga yang besar. Mereka hinggap di salah satu dahannya. Si jantan mulai mematut-matut kira-kira di mana tepatnya sarang akan dibangun. Si betina melihat sekeliling mengamati lingkungan sekitar pohon Mangga dan rumah pemilik halaman tersebut.  

Si jantan meloncat-loncat dari satu dahan ke dahan memeriksa apakah ada dahan atau ranting yang cukup kuat menahan sarangnya nanti. Sambil memeriksa kesesuaian dahan dan ranting, si jantan juga memeriksa keamanan dan kenyamanan lingkungan di atas pohon. Dia juga memastikan tidak ada hewan predator yang sudah lebih dahulu bersarang di sana, seperti Ular, Kalajengking, Lipan, Tikus, atau burung pemangsa seperti Elang. Tidak lupa juga dia memeriksa tingkat kebisingan, suhu, iklim serta memastikan jika hujan turun tidak langsung jatuh ke sarangnya. 

Sementara itu, si betina terbang rendah ke halaman rumah dengan tujuan mencari tahu apakah ada makanan yang mereka sukai tersedia di sana. Setidaknya, apakah pemilik rumah suka menebarkan biji-bijian seperti padi dan jagung di halamannya. Setelah memeriksa ketersediaan makanan, si betina juga memperhatikan apakah si pemilik rumah memelihara hewan penjaga seperti anjing atau Angsa yang suka ribut jika ada orang baru masuk ke jalaman rumah. Atau juga apakah ada kucing yang berkeliaran karena mereka berdua sangat takut dengan kucing yang suka memanjat pohon tinggi sampai ke sarang mereka. 

Setelah memastikan semuanya beres, setidaknya permasalahan keselamatan dan kenyamanan mereka nilai mencapai 75% sudah membuat mereka puas dan memutuskan untuk membuat sarang di pohon Mangga itu. Mereka tahu bahwa di muka bumi ini tidak ada tempat yang aman dan ramah 100%. Pasti ada saja yang tidak tersedia di suatu tempat, mungkin hanya ada di surgaNya Allah. Mungkin, karena saya sendiri belum pernah ke surga. Akhirnya, sepasang burung Dara itu resmi menjadi peghuni pokok pohon Mangga di halaman orang.  

Selama mereka bersarang di pohon Mangga itu, pemilik rumah tidak pernah menganggu kehidupan mereka. Bahkan pemilik rumah merasa senang ada sepasang burung Dara membuat sarang di pokok pohon Mangga mereka. Setiap pagi dan sore, pemilik rumah selalu menaburkan biji-bijian ke halaman rumah untuk memancing kedua burung Dara untuk mendekat. Pemilik rumah tidak berniat menangkap atau menganggu kedua burung tersebut. Mereka hanya membuat kedua burung tersebut mendekat karena merasa senang dan bahagia melihat tingkah laku burung Dara mematuk-matuk biji-bijian yang mereka taburkan. Ibarat melihat ikan Mas Koi dalam aquarium, keceriaan burung Dara mendapatkan makanan gratis membuat hati dan pikiran pemilik rumah menjadi tenang dan bahagia. 

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tibalah saatnya si burung Dara betina bertelur dan menetaskan anak-anaknya. Anaknya menetas, besar dan kemudian mencari pasangan. Roda kehidupan kembali berputar persis seperti mereka dulu. Setelah ijab kabul anak-anak mereka membuat sarang di sekitar sarang mereka mereka. Begitu selanjutnya sampai akhirnya pohon Mangga hampir penuh oleh sarang burung Dara dari keluarga sepasang burung Dara pertama. Melihat sudah begitu banyaknya jumlah burung Dara yang beranak pinak di atas pohon Mangganya, pemilik rumah mengambil kebijakan untuk mulai menangkap burung yang sudah tua untuk dimasak jadi lauk. 

Karena populasinya sudah banyak, sepasang burung Dara merasa janji suci mereka untuk membentuk keluarga besar dan berkembang biak sudah tercapai, mereka ikhlas ketika anggota keluarga mereka ditangkap dan dijadikan lauk oleh si pemilik rumah. Mereka menganggap bakti sebagai mahkluk Allah adalah berguna bagi makhluk yang lain sekaligus itu cara mereka mengucapkan terima kasih kepada pemilik rumah yang telah membiarkan mereka tinggal bersarang dan beranak pinak di pohon Mangga bahkan juga memberi makan biji-bijian kesukaannya. 

Itulah kisah sepasang burung Dara yang sederhana yang cukup menarik bukan? 

Selanjutnya, akan saya kisahkan pasangan burung Dara lainnya dengan topik kehidupan yang sama tetapi dengan plot yang berbeda. 

*) Sekretaris DPMPTP Kab. Padang Pariaman

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini