Kisah Lima Pasangan Burung Dara

Sumber foto: https://hewanbinatang.com/burung/dara/

Oleh: Andri Satria Masri, S.E., M.E. *) 

Kisah ini serupa dengan kisah yang pertama tetapi plotnya berbeda. Kisah pertama menceritakan sepasang burung Dara yang baru saja membentuk mahligai keluarga baru. Kisah berikut tentang lima pasangan burung Dara yang baru saja melepas masa lajangnya. 

Ada lima pasangan baru burung Dara yang baru saja mengucapkan ijab kabulnya. Maka, tibalah saatnya lima pasangan ini mencari pohon untuk mereka membuat sarang. 

Kelima pasangan burung Dara ini sama-sama mengepakkan sayapnya mencari pohon. Setelah terbang mengangkasa secara bersama, sampailah mereka di sebuah komplek perumahan. Semua rumah yang ada di komplek tersebut sama-sama memiliki pohon yang cukup besar dan bisa menampung sarang burung. Entah kenapa, ke sepuluh pasangan burung Dara itu bersepakat untuk memilih satu pohon untuk satu sarang burung. Mungkin ada sebuah kompetisi antar mereka seperti ini: Pasangan mana yang bisa membentuk keluarga yang harmonis dengan anak yang banyak dengan membuat sarang pada masing-masing pohon di rumah yang berbeda itulah pemenangnya. Begitu mungkin kira-kira. 

Pasangan 1 memilih rumah pertama. Sesampai di dahan pohon Rambutan. Si jantan melihat bahwa di sana banyak semut hitam yang sangat ganas. Terlihat juga Kalajengking bersarang di salah satu dahan rimbun. Si betina melihat halaman rumah penuh dengan Kucing yang menjadi peliharaan pemilik rumah. Melihat kondisi lingkungan seperti itu pasangan A memutuskan terbang lagi menjauh dan mencari pohon yang lain. 

Pasangan 2 memilih rumah kedua. Di sana ada pohon Mangga yang sangat besar dan rimbun. Si jantan memeriksa sekeliling dahan dan ranting pohon. Dia mendapatkan kondisi atas pohon sangat aman, nyaman dan sangat sesuai untuk dijadikan sarang. Namun si betina melaporkan bahwa penghuni rumah tidak suka melihat kedatangan mereka karena mereka membuat kotor halaman rumah mereka. Pasangan itu memutuskan tidak jadi memilih pohon di rumah kedua. Mereka terbang mencari pohon yang lain. 

Pasangan 3 memilih rumah ketiga. Ada pohon Kedondong yang sedang berbuah lebat. Menurut kedua pasangan ini, pohon Kedondong dengan buah yang lebat adalah pohon yang sangat layak untuk dijadikan tempat membuat sarang. Apalagi kondisi di atas pohon aman dari segala gangguan hewan lain. Suhu, iklim dan pencahayaan juga sangat bagus. Hanya saja, pohon Kedondong ini menjadi incaran anak-anak komplek untuk dilempari dengan batu atau dipanjat untuk diambil buahnya. Pasangan ini memutuskan tidak memilih pohon di rumah ketiga. 

Pasangan 4 memilih rumah keempat. Di rumah keempat ada pokok pohon Ketaping Kencana. Pohon ini besar dengan daun-daun kecilnya yang lebat membuat pohon tersebut sangat layak dijadikan tempat bersarang. Tidak ada hewan lain yang akan menganggu. Suhu, iklim dan pencahayaan juga sangat pas membuat suasana nyaman. Pohon ini berbuah lebat tetapi tidak disukai oleh manusia karena buahnya kecil dan tidak ada rasa apa-apa sehingga tidak menjadi incaran anak-anak komplek untuk dilempari. Pemilik rumah tidak keberatan pohonnya dijadikan sarang burung tetapi dari kabar angin didapat informasi bahwa burung yang akan bersarang di pokok pohonnya umurnya tidak panjang. Baru saja selesai membuat sarang, malam harinya si pemilik rumah akan memanjat ke atas pohon menangkap burung yang bersarang untuk dijadikan lauk. Pohon ini harus djauhi kata si jantan kepada pasangannya. 

Pasangan 5 memilih rumah kelima. Rumah kelima yang dipilih pasangan 5 tumbuh pohon Mangga yang sedang berbuah lebat. Si betina senang bukan kepalang melihat pohon Mangga yang sedang berbuah lebat. Dia sangat suka buah Mangga apalagi yang sudah menguning. Dia berharap bersama si jantan bisa membuat sarang di situ. Dia tahu, banyak syarat yang harus di-cek list baru bisa memutuskan bersarang di pohon Mangga tersebut. Setelah memeriksa sekeliling atas bawah, muka belakang, pohon Mangga di rumah kelima sangat layak untuk dipilih tempat bersarang. Maka bersaranglah Pasangan 5 di pohon rumah kelima. Mereka hidup aman tentram beranak pinak sampai anak cucu. 

Apa hikmah dua cerita sederhana di atas? Tidak ada hikmahnya sama sekali. Kedua kisah tentang burung Dara hanya untuk mengantarkan cerita yang akan saya paparkan pada tulisan ketiga terkait penanaman modal/investasi di Kabupaten Padang Pariaman. 

Apa hubungan pasangan burung Dara dengan investasi di Padang Pariaman? Tunggu tulisan saya yang ketiga. 

*) Sekretaris DPMPTP Kab. Padang Pariaman

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini