Berkolaborasi Memajukan Pariwisata Padang Pariaman (1)

Foto: Tomy Budiarto (https://wisatalengkap.com/tempat-wisata-di-pariaman-terbaru/2/)

"Pariaman tadanga langang, batabuik makonyo rami".

- Kolonel (Purn) H. Anas Malik Datuak Rangkayo Majo Basa, Bupati Padang Pariaman 1980-1990 -

Kalimat terkenal ini, menurut orang-orang tua di Pariaman, menjadi penyemangat orang Pariaman bersama Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman menyelenggarakan festival Hoyak Tabuik setiap rentang waktu 10 hingga 15 Muharam setiap tahunnya.

Kalimat tersebut menjadi gambaran bagi kita bahwa Kota Pariaman (juga Kabupaten Padang Pariaman) sejak dulu jarang penduduknya atau lengang dan juga kurang diminati untuk dikunjungi oleh wisatawan dan pelancong)*. Pada saat diadakan festival atau acara besar barulah Pariaman menjadi ramai didatangi masyarakat di seluruh penjuru luar Pariaman.

Terkait soal lengang dan ramai Pariaman, tulisan ini hendak mengomentari tulisan Anton Wira Tanjung yang berjudul "M Fadhly Beri Angin Segar untuk Kemajuan Pariwisata Kabupaten Padang Pariaman".

Tulisan Anton mengisyaratkan harapan besar terhadap maju berkembangnya dunia pariwisata di Padang Pariaman atas dipercayakannya Fadhly sebagai Plt. Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kabupaten Padang Pariaman oleh Bupati Padang Pariaman. Harapan yang sama besar juga muncul dari saya dan (saya yakin) seluruh pemangku kepentingan di Padang Pariaman.

Selama ini kita sudah melihat lakek tangan Fadhly di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil), dari kondisi biasa saja menjadi luar biasa sampai menorehkan prestasi tingkat nasional.

Anton sangat tepat mengangkat permasalahan pariwisata di Padang Pariaman berkisar permasalahan infrastruktur serta kolaborasi dengan seluruh perangkat daerah terkait. Faktor promosi menurut Anton sudah begitu masif dilakukan baik oleh Disparpora sendiri dibantu oleh perangkat daerah lain bahkan oleh masyarakat diminta atau tidak diminta. Kita dengan mudah mencari informasi pariwisata Padang Pariaman baik dalam bentuk tulisan, foto dan video di berbagai platform sosial media. Namun demikian, rencana dan strategi promosi tetap dirancang sebaik mungkin dengan memanfaatkan berbagai platform yang sudah ada seperti portal Disparpora dan membuat yang baru, dll.

Infrastruktur objek wisata maupun penunjangnya seperti akses menuju objek wisata serta kualitasnya adalah faktor penting dalam pemasaran pariwisata. Objek wisata boleh indah, cantik, amazing, tiada duanya tapi jika jalan menuju objek tersebut rusak, mungkin wisatawan dan pelancong akan berpikir dua kali untuk kembali mengunjunginya.

Dewasa ini, perilaku wisatawan dan pelancong kebanyakan menyukai objek wisata yang instagramable (sesuatu yang sangat bagus dan bisa dijadikan sebagai objek latar belakang berfoto, ber-selfie, ber-wefie dan layak untuk dibagikan ke sosial media seperti Instagram, Facebook, dan lainnya dalam bentuk foto dan video). Selain instagramable, objek wisata juga mesti mudah dan murah dijangkau, aman, nyaman, bersih, bebas gangguan dari orang atau sesuatu yang menganggu kenyamanan seperti preman, penjual asongan, pengamen, dll. Akan lebih baik ada atraksi kesenian atau budaya yang ditampilkan.

Anton juga tepat mengajak semua perangkat daerah, intansi vertikal dan juga masyarakat untuk berkolaborasi membangun dunia pariwisata Padang Pariaman. Pariwisata tidak bisa dibangun dan dimajukan oleh Disparpora sendiri. Disparpora tidak bisa menjadi Superman, dia butuh Supertim.

Dunia pariwisata adalah dunia yang rumit. Banyak elemen, faktor, permasalahan, pihak dan kepentingan ada di dalamnya yang harus diperhatikan dan diindahkan oleh Pemkab Padang Pariaman. Elemen utama yang harus menjadi perhatian adalah masyarakat yang memiliki lahan di mana objek wisata berada yang kebanyakan berstatus Ulayat.

Berdasarkan data BPS Padang Pariaman tahun 2021, objek wisata di Padang Pariaman tercatat lima jenis objek wisata, yaitu: wisata alam (35 lokasi), wisata budaya (3 lokasi), wisata sejarah (38 lokasi), wisata pantai (10 lokasi) dan wisata minat khusus (9 lokasi). Total seluruhya 95 lokasi. Hampir ke-95 lokasi objek wisata ini tidak dimiliki atau dikuasai oleh Pemkab Padang Pariaman. Karena tidak dikuasai maka sulit bagi pemkab untuk menata, mengolah, membangun, merenovasi atau merombaknya sesuai rencana yang diinginkan. Pemkab hanya bisa berkolaborasi dengan masyarakat pemilik lokasi untuk menambah fasilitas yang belum disediakan misalnya akses jalan/jembatan, gerbang masuk atau panggung hiburan, dll.

Karena pemkab tidak punya akses/penguasaan terhadap objek maka pemkab tidak bisa 100% menguasai pemasukan dari objek wisata. Pemkab hanya bisa sharing pendapatan melalui karcis yang diporporasi dan parkir.

Selain masalah penguasaan lokasi, elemen yang juga harus menjadi perhatian adalah memberi pengertian kepada anggota DPRD tentang konsep pembangunan dunia pariwisata. Industri pariwisata bukan industri sim salabim dalam jangka satu tahun. Pariwisata adalah industri jasa, pelayanan, dan image yang dibangun dalam jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan. Karena bukan pemkab yang memegang karcis masuk maka dalam waktu dekat tidak bisa dihitung keuntungan dari penjualan jasa pariwisata. Keuntungan hanya bisa dilihat dari efek turunan (multiplier effect) dari keberadaan objek wisata, seperti kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi.

)* Istilah wisatawan dan pelancong menurut BPS adalah dua hal yang berbeda. Terdapat perbedaan antara wisatawan (tourist) dengan pelancong (excursionist), perbedaan tersebut dapat dilihat dari durasi tinggal di tempat yang dikunjungi. Dikatakan sebagai wisatawan apabila lama kunjungan lebih dari 24 jam, sedangkan pelancong durasi kunjungannya kurang dari 24 jam.

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini