Bargaining Posistion HMI dalam Penyikapan Eksternal

Analisa Kritis Kualitas HMI dan Kader HMI
Apa tujuan HMI? Tujuan HMI adalah: Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan keIslaman. Ini adalah tujuan organisasi kemahasiswaan yang bernama HMI. Apakah HMI sudah bisa mewujudkannya? Kalau sudah apa buktinya? Kalau belum, apa kendalanya?

Semua pertanyaan itu wajib dan musti dijawab oleh setiap kader HMI terutama yang dipercayakan memegang amanah setiap elemen struktural di HMI. Jika jawabannya sudah ketemu selanjutnya adalah mencarikan alternatif-alternatif solusinya dan terakhir menerapkan/mengaplikasikan alternatif yang sudah dipilih.

Pertanyaan pada paragraf awal adalah pertanyaan untuk institusi HMI. Sekarang pertanyaan untuk individu kader HMI adalah: Apakah tujuan HMI tersebut sudah terbentuk pada masing-masing pribadi kader HMI? Kalau sudah apa buktinya? Kalau belum, apa kendalanya? Selanjutnya pertanyaan yang paling mendasar adalah: Apa tujuan sebenarnya menjadi anggota HMI? Apa guna menghabiskan waktu, menghabiskan uang, menghabiskan tenaga bersusah payah mengikuti semua aktivitas di HMI? Apa ada gunanya? Sementara mahasiswa lain asyik bersenda gurau di mall, pusat-pusat hiburan, atau belajar di kampus, perpustakaan, dll. Sedangkan kader HMI sibuk training, diskusi, membahas sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan perkuliahan sendiri.

Mencoba berkaca kepada track record alumni, ada alumni yang sukses menjadi politikus di pusat atau daerah, ada yang berjaya menjadi kepala daerah (walikota, bupati, gubernur), ada yang gagah menjadi menteri atau pimpinan komisi independen (KPU, KPK, MK, dll), ada yang bahagia menjadi pengusaha besar, ada yang brilian menjadi dosen, ada yang menjadi pahlawan rakyat tertindas bergerak di Non Government Organization (NGO), ada yang menjadi ini ada yang menjadi itu, dan lain sebagainya. “Saya bangga menjadi kader HMI, karena alumninya orang-orang hebat di semua lini kehidupan bangsa Indonesia”, ungkap salah seorang kader HMI.

Tidak salah kita bangga dengan alumni-alumni tersebut, tetapi faktanya adalah: yang sukses itu adalah alumni bukan kita. Apakah alumni tersebut sukses kemudian otomatis kita juga ikut sukses? Alhamdulillah kalau seandainya kita menyodorkan proposal direspon dengan segepok uang, kalau dihamburkan segudang nasehat pasti nyumpah-nyumpah pulangnya, ya kan?

Itu kalau berkaca kepada alumni yang sukses, kalau berkaca kepada alumni yang “gagal”? Atau berkaca kepada alumni yang punya skandal? Bisa-bisa langsung angkat barang, angkat koper cabut dari HMI.

Jika kita berkaca kepada alumni terutama yang sukses mewujudkan tujuan HMI, jadikan motivasi kita dalam menjalankan aktivitas di HMI. Terlepas banyak alumni yang sukses di bidangnya masing-masing, kita harus segera sadar dan memantapkan tekad untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas terutama pertanyaan: APA GUNA/MANFAAT MENJADI KADER HMI? Jawaban yang kita cari akan kita gapai pada saat kita masih aktif sebagai kader HMI dan akan menjadi persiapan diri setelah kita tamat kuliah dan menjadi alumni HMI.

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada satu pertanyaan lagi yang juga wajib dijawab oleh kader HMI. Pertanyaannya adalah: APA TUJUAN HIDUP KITA DI DUNIA? Jika pertanyaan ini bisa dijawab maka pertanyaan tentang apa guna/manfaat menjadi kader HMI dengan mudah kita jawab. Jawabannya ada pada Al-Qur’an surat Adz Dzaariyaat ayat 56: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Sekarang, mari kita jawab pertanyaan apa guna/manfaat menjadi kader HMI?

Sesuai dengan tujuan HMI, kader HMI diharapkan menjadi insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi yang melandasi setiap gerak langkahnya dengan nafas/hukum keIslaman. Menjadi insan akademis di sini dimaksudkan adalah bahwa kader HMI haus dan gemar terhadap ilmu pengetahuan. Setiap pembicaraannya selalu berlandaskan ilmu bukan apa kata yang berkembang atau mitos yang berkembang di masyarakat. Tugas utamanya sebagai mahasiswa menjadi prioritas untuk ditunaikan. Jika tidak menjadi peringkat teratas di kelasnya, setidaknya ahli dan terampil pada disiplin ilmunya. Insan pencipta dimaksudkan agar kader HMI menjadi pelopor dalam melahirkan ide-ide baru dalam menyelesaikan setiap masalah kehidupan masyarakat. Menjadi terdepan dalam pemikiran-pemikiran memecahkan masalah yang sedang dihadapi ummat. Sedangkan yang dimaksud insan pengabdi adalah bahwa kader HMI bertekad bahwa semua yang aktivitas-aktivitas duniawi di organisasi HMI ataupun kehidupan bermasyarakat semata-mata didedikasikan sebagai wujud pengabdian kepada Maha Pencipta, Allah SWT.

Semua harapan HMI terhadap kadernya bisa diperoleh dalam setiap aktivitas dan kegiatan HMI. Setiap aktivitas HMI adalah perkaderan yang menjadi kekuatan utama HMI. Jika perkaderan mandek atau mati maka HMI ikut mati. Yang dimaksud dengan aktivitas perkaderan di HMI adalah semua aktivitas formal dan non formal yang telah digariskan dalam AD, ART dan aturan organisasi HMI lainnya. Perkaderan formal yang dikenal adalah jenjang training/pelatihan LK 1, LK 2 dan LK 3. Selanjutnya adalah up-grading, seminar, diskusi, kolokium, curah pendapat, musyawarah dan lain sebagainya. Sementara perkaderan non formal adalah diskusi lepas atau resmi dengan sesama anggota, diskusi lepas atau resmi dengan alumni atau non alumni. Atau juga bisa membuat kegiatan apa saja yang intinya mendukung pengayaan wawasan ilmu, kepribadian dan karakter kader sehingga tujuan HMI tercapai pada setiap kader HMI.

Apabila setiap kader HMI mengikuti dengan sungguh-sungguh semua aktivitas perkaderan di HMI maka tidak ada waktu yang terbuang percuma, tidak ada uang yang keluar percuma dan tidak ada tenaga yang terhambur percuma. Bahkan waktu yang 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu akan terasa kurang bagi kader HMI.

Lalu kegunaan apa yang diraih oleh kader jika beraktivitas di HMI dikaitkan dengan tugas utamanya sebagai mahasiswa? Jika kader HMI gemar dengan akademis maka aktivitas di HMI menyediakan ruang lebih lega untuk menampung minatnya tersebut. Kader HMI tersebut bisa membuat kelompok diskusi terbatas, membuat kelompok belajar, tentiren sehingga pelajaran di bangku kuliah bisa di-elaborasi lebih dalam bahkan kalau perlu dengan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris atau Arab. Jika kader HMI punya minat menjadi pengajar/guru/dosen maka HMI menyediakan media untuk latihan menjadi pengajar melalui setiap aktivitas training LK1, LK 2 dan LK 3 dengan menjadi instruktur atau pembicara. Pada intinya semua aktivitas di HMI bisa diarahkan dalam kerangka meningkatkan pemahaman akademis tergantung kemampuan manajerial seluruh pengurus di semua tingkatan.

Jika setiap kader HMI telah melatih kemampuan intelektualnya melalui aktivitas-aktivitas maka tuntutan organisasi dan tuntutan eksternal terhadap keberadaan HMI dengan mudah dikerjakan. Salah satu contohnya adalah tuntutan menjadi insan akademis, maka kader HMI harus menunjukkan kepada pihak lain bahwa intelektual HMI berada di atas rata-rata. Tidak ada lagi kader HMI yang tamat di atas 4 tahun atau dengan IPK di bawah 2,75. Sementara itu, tuntutan eksternal dalam berpartisipasi terhadap pembangunan daerah secara intelektual dapat dilayani.

Strategi Jitu Memposisikan HMI sebagai Elemen Penting Bangsa
Dalam susunan struktural Cabang ada bidang Partisipasi Pembangunan Daerah dan Komunikasi Ummat. Tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) atau Job Description dari bidang ini pada dasarnya adalah bagaimana memposisikan HMI secara organisasi berperan serta dan aktif dalam membantu pemerintah mencarikan solusi-solusi permasalahan pembangunan dan kemasyarakatan.

Selama ini yang terlihat di permukaan, dalam melaksanakan partisipasi, HMI selalu menggunakan metode mudah meriah dan atraktif yaitu melalui media unjuk rasa atau demonstrasi. Metode ini tidak salah dan tidak haram tetapi sebenarnya tidak efektif dan tidak memberikan dampak yang positif bagi HMI secara organisasi maupun untuk setiap masing-masing kader.

Kenapa tidak efektif dan tidak positif?
Berkaitan dengan tujuan HMI mewujudkan insan akademis, metode unjuk rasa tidak efektif mengajarkan kader HMI untuk menunjukkan kemampuan intelektualnya. Dalam merespon setiap masalah di tengah masyarakat, HMI hanya mengkonsumsi sedikit informasi dan data kemudian meramunya dengan orasi yang berapi-api. Sudahlah analisanya dangkal penyampaiannya pun tidak mengena kepada sasaran. Yang dituju bukannya senang malah kesal karena perbuatannya ditelanjangi di depan khalayak. Walaupun yang disampaikan ada sedikit kebenaran namun karena disampaikan dengan cara yang salah maka target yang mau diselesaikan malah membuat sakit hati kepada si penerima aspirasi. Selanjutnya, HMI akan dicap sebagai organisasi mahasiswa kebanyakan yang pandainya cuma berorasi tanpa isi dan tidak menawarkan solusi. Di sinilah letak tidak efektifnya.

Tidak positifnya metode di atas adalah apa yang dilakukan HMI melalui unjuk rasa akan mengganggu kebebasan masyarakat lainnya. Selain itu juga maksud berpartisipasi dalam konteks ke-HMI-an tidak terwujud karena tidak menerapkan tujuan-tujuan HMI.

Lalu metode apa yang sebaiknya dilakukan oleh HMI?
Metode yang sebaiknya dipakai oleh HMI adalah metode akademis dan intelektual serta dengan menggunakan kekuatan/skill masing-masing kader secara personal. Dalam langkah-langkah ilmiah yang digunakan oleh akademis selalu dimulai dengan perumusan masalah dengan menggunakan informasi dan data yang lumayan banyak dan dari berbagai sumber. Informasi dan data tersebut kemudian diolah dan dianalisa sedemikian rupa sehingga ditemukan inti masalah, subyek dan obyek masalah dan selanjutnya dicarikan solusinya. Semuanya tersebut dirangkum dalam deskripsi tertulis dengan bahasa yang mudah dicerna dan aplikatif. Setelah itu menyiapkan tim yang bertanggung jawab mengantarkan aspirasi tertulis tersebut kepada pihak yang dituju. Tim ini masing-masing haruslah memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan tingkat kematangan emosional yang teruji. Tim ini tidak perlu banyak tetapi masing-masing punya kemampuan analisa dan bicara yang jelas.

Pada saat pertemuan tim dengan pihak yang dituju, sopan santun tetap dijaga. Yang akan disampaikan adalah pokok-pokok pikiran yang telah didiskusikan dengan baik dan cermat. Jadi targetnya adalah aspirasi harus sampai dan didengarkan. Dalam komunikasi yang efektif, penyampaian maksud harus disampaikan secara jelas, runut tanpa emosi.

Target akhir dan berkelanjutan yang harus dicapai adalah: Pihak yang dituju sangat membutuhkan aspirasi dan pendapat HMI karena aspirasi yang disampaikan jelas, runut, ilmiah, solutif. Kalau sudah demikian maka setiap HMI datang menyampaikan aspirasi maka HMI akan selalu ditunggu dan diharapkan kedatangannya.

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini