Analisis Shift Share Kabupaten Padang Pariaman


SEKILAS PANDANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN
Kabupaten Padang Pariaman dengan ibukota Pariaman mempunyai letak yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatera Barat. Dari sisi geografis dengan luas 1.328,79 km2 daerah ini berada pada pesisir barat Pulau Sumatera dengan garis pantai 60,50 km dan membentang hingga wilayah pegunungan Bukit Barisan.

Secara administratif pemerintahan, pada saat ini (tidak termasuk Kota Pariaman) Kabupaten Padang Pariaman memiliki 17 kecamatan dan 46 nagari (setingkat desa), dengan jumlah penduduk sampai tahun 2005 adalah 381.792 jiwa.

Kabupaten yang dilalui 12 sungai ini sepertiga kegiatan ekonominya disumbang oleh pertanian (31,79%). Pada tahun 2000, lahan budidaya pertanian Padang Pariaman, luasnya 66,53 persen, dengan Kecamatan Sungai Geringging seluas 8.490 hektar sebagai wilayah pertanian terbesar. Total kegiatan ekonomi tahun ini tercatat Rp 1,5 trilyun, di mana pertanian menyumbang Rp 475 milyar.

Sebagian besar hasil pertanian ini berasal dari tanaman bahan makanan padi dan palawija sebesar Rp 347 milyar. Produktivitas padi di kabupaten ini terbilang bagus. Tahun 2000 rata-rata per hektarnya 5,8 ton, lebih baik 0,6 ton dari tahun sebelumnya menurut data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kab. Padang Pariaman. Produksi padi tahun itu naik hingga 6.000 ton, menjadi 314.184 ton. Meskipun produksinya naik, luas panen padi tahun 2000 turun 4.000 hektar lebih dibanding tahun 1999 menjadi 54.144 hektar.

Letaknya yang berada di pinggir Samudera Hindia membuat Padang Pariaman mempunyai obyek wisata bahari yang menjanjikan. Sayangnya, kelebihan ini belum dikelola secara lebih baik. Memang, melihat data wisatawan yang berkunjung ke Padang Pariaman, akan timbul kesan bahwa kabupaten ini cukup diminati wisatawan. Lihat saja, tahun 2000 jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ada 1,1 juta orang, sementara wisatawan mancanegara 7.417 orang. Namun, lihat juga angka jumlah wisatawan yang menginap. Ternyata, hanya sebesar 2.792 orang untuk tahun 2000 atau sekitar 8 orang saja per hari. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan tidak atau kurang tertarik untuk tinggal lebih lama di wilayah tersebut.

Meskipun punya garis pantai sepanjang 60,50 km, produksi ikan laut Padang Pariaman masih kalah dibanding hasil perikanan air tawarnya. Ikan yang ditangkap dari Samudera Hindia sekitar 17.000 ton, sedangkan yang dihasilkan di perairan umum dan budidaya di kolam-kolam serta sawah sudah mendekati 23.000 ton. Sumbangan perikanan terhadap kegiatan ekonomi juga tidak besar, hanya Rp 51 milyar. Hasil perikanan laut turun drastis dibandingkan dengan tahun 1999 menjadi sebesar 27.000 ton.

Sementara itu, dalam bidang tambang dan galian, Padang Pariaman potensial terutama dalam produksi bahan galian C. Di Kecamatan IV Koto Aur Malintang terdapat bahan tambang obsidian yang menurut perkiraan lebih dari satu juta meter kubik. Sedangkan bahan galian seperti trans, andesit, dan sirtukil bisa ditemukan di Kecamatan VII Koto, 2x11 Enam Lingkung dan Batang Anai.

Padang Pariaman juga terkenal akan sulaman indahnya. Hasil kerajinan ini bahkan sudah diekspor ke luar negeri, ke Malaysia. Di negeri ini sulaman Padang Pariaman sangat digemari. Namun, belakangan ini terdengar cerita bahwa bukan lagi hasil sulaman yang diekspor, melainkan orang-orang yang menyulam tersebut yang diangkut ke sana. Di negeri jiran itu tangan-tangan terampil mereka dikaryakan dan diupah untuk membuat sulaman. Negeri ini akan kehilangan sulaman indah bila tidak lagi dihasilkan di tanah kelahirannya meskipun tradisi merantau dan kerja keras dikenal melekat pada masyarakat Padang Pariaman.

Demikian sekilas kondisi Kabupaten Padang Pariaman yang dapat dipaparkan.

Untuk mengetahui posisi setiap sektor perekonomian Kabupaten Padang Pariaman dibandingkan dengan Propinsi Sumatera Barat, berikut akan dilakukan analisa shift-share Kabupaten Padang Pariaman terhadap Propinsi Sumatera Barat tahun 2000 – 2005.

1. Konsep Dasar
Analisis Shift-Share adalah suatu alat analisa atau teknik  yang digunakan untuk menganalisis data statistik regional, baik berupa data pendapatan perkapita, output maupun tenaga kerja. Teknik ini juga bisa untuk mengamati struktur perekonomian daerah dan perubahannya, dengan cara menekankan bagian-bagian pertumbuhan sektor atau industri di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Dengan menggunakan analisis ini akan dapat terlihat bagaimana peran dan prospek suatu sektor di daerah tertentu..

Analisis shift-share memisahkan (mendekomposisi) pertumbuhan suatu daerah ke dalam tiga komponen: 1. Peran pertumbuhan nasional secara keseluruhan terhadap daerah (Regional Share/Rt) 2. Peran pertumbuhan sektoral nasional terhadap daerah (Proportional Shift/Sp) yang 3. Peran pertumbuhan sektoral daerah terhadap pertumbuhan daerah (Differential Shift/Sd).

Pertumbuhan sektor itu sendiri (G) dihitung dengan rumus: Gt = Xrt – Xr0, yaitu selisih Nilai Tambah Bruto (NTB) sektor antara tahun t dengan tahun dasar yang nilainya harus sama dengan penjumlahan: Regional Share + Proportional Shift + Differential Shift atau Gt = Rt + (Sp + Sd)

2. Wilayah Pengamatan
Dalam tulisan ini, digunakan analisis shift-share untuk melihat bagaimana peran dan prospek sektor-sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Padang Pariaman dalam hubungannya dengan perekonomian di tingkat Propinsi Sumatera Barat.

3. Periode Pengamatan
Periode waktu yang menjadi pengamatan dalam tulisan ini adalah periode 2000 – 2005.

4. Data
Data yang digunakan untuk melakukan analisis shift-share dalam tugas ini adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha. Data PDRB tersebut adalah untuk tingkat Kabupaten Padang Pariaman dan Propinsi Propinsi Sumatera Barat dengan rentang waktu (time series) 2000 – 2005.

5. Hasil Perhitungan
Dengan menggunakan rumus sebagaimana diuraikan di atas, maka didapat hasil perhitungan sebagai berikut:
  1. Jika pertumbuhan ekonomi Kab. Padang Pariaman diasumsikan sama atau mengikuti pertumbuhan ekonomi Prop. Sumbar maka perananannya terhadap Prop. Sumbar akan tetap.
  2. Jika sektor ekonomi Kab. Padang Pariaman tumbuh lebih besar dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Prop. Sumbar, pertumbuhan Kab. Padang Pariaman akan lebih besar dari Prop. Sumbar.
  3. Jika pertumbuhan Kab. Padang Pariaman lebih besar (karena diasumsikan pertumbuhan sektoral lebih besar dari sektor propinsi) dari pertumbuhan aktual, maka sektor I (komoditi) di Kab. Padang Pariaman tersebut mempunyai keunggulan komparatif.
6. Interpretasi Shift-Share Kabupaten Padang Pariaman
a. Sektor Pertanian
  • Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat sektor Pertanian dengan Sub Sektor Tanaman Perkebunan merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar namun tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman, sebaiknya tidak diprioritaskan. Nilai regional shift dan propositional shift untuk masing-masingnya adalah positif (+) sedangkan nilai differential shiftnya negatif (-).
  • Sementara itu sub sektor Tanaman Bahan Makanan tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar dan tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman.
  • Di sisi lain, sub sektor Peternakan, Perikanan dan Kehutanan tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Untuk sektor Pertambangan dan Penggalian, khususnya sub sektor Penggalian tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.

c. Industri Pengolahan
Secara umum sektor Industri Pengolahan, khususnya sub sektor Industri Tanpa Migas sama dengan sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih
Untuk sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, secara umum dan khususnya sub sektor Listrik merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar namun tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman, sebaiknya tidak diprioritaskan. Namun untuk sub sektor air bersih merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar dan memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Bisa terus dikembangkan.

e. Bangunan
Sektor Bangunan tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran beserta sub sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Hotel merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar namun tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Sebaiknya tidak diprioritaskan. Sementara itu, sub sektor Restoran tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar dan tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman.

g. Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor ini merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar dan memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Bisa terus dikembangkan, terutama pada sub sektor pengangkutan jenis Jasa Penunjang Angkutan. Sedangkan pada sub sektor Angkutan Rel tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Tetapi pada sub sektor Angkutan Jalan Raya sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman karena Regional share-nya positif, hal ini mengindikasikan sektor ini tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Di tingkat Prop. Sumbar sektor ini menjadi sektor unggulan. Sementara itu pada sub sektor Komunikasi (Pos dan Telekomunikasi) merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar namun tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Sebaiknya tidak diprioritaskan.

h. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Pada sektor ini beserta sub sektornya (Bank, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan) tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Namun pada sub sektor Lembaga Keuangan tanpa Bank tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar dan tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman.

i. Jasa-jasa
Pada sektor Jasa-jasa terutama sub sektor Pemerintahan Umum di bagian Adm. Pemerintahan dan Pertahanan tidak menjadi sektor unggulan untuk skala Prop. Sumbar, namun memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Regional share yang positif mengindikasikan bahwa sektor ini merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Sementara itu pada sub sektor Jasa Swasta (bidang Sosial Kemasyarakatan, Hiburan dan Rekreasi, Perorangan dan Rumahtangga) merupakan sektor favorit untuk skala Prop. Sumbar namun tidak memiliki reputasi yang baik di Kab. Padang Pariaman. Sebaiknya tidak diprioritaskan.

KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ANALISIS SHIFT-SHARE
1. Keunggulan Analisis Shift-Share:
  • Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana.
  • Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
  • Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

2. Kelemahan Analisis Shift-Share:
  • Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post.
  • Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t + 1) tidak dapat dijelaskan dengan baik.
  • Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap.
  • Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
  • Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor.
  • Tidak ada keterkaitan antar daerah.

PENUTUP
Dari hasil analisa di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa:
  1. Sektor Pertanian dengan Sub Sektornya Tanaman Perkebunan sebaiknya tidak diprioritaskan.
  2. Sub sektor Tanaman Bahan Makanan sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman.
  3. Sub sektor Peternakan, Perikanan dan Kehutanan merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. 
  4. Sektor Pertambangan dan Penggalian, khususnya sub sektor Penggalian merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.
  5. Secara umum sektor Industri Pengolahan, khususnya sub sektor Industri Tanpa Migas merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.
  6. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, secara umum dan khusunya sub sektor Listrik, sebaiknya tidak diprioritaskan. Namun untuk sub sektor air bersih bisa terus dikembangkan.
  7. Sektor Bangunan merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman.
  8. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran beserta sub sektor Perdagangan Besar, Eceran dan Hotel sebaiknya tidak diprioritaskan. Sementara itu, sub sektor Restoran sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman. 
  9. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi merupakan sektor yang bisa terus dikembangkan, terutama pada sub sektor pengangkutan jenis Jasa Penunjang Angkutan. Sedangkan pada sub sektor Angkutan Rel merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Tetapi pada sub sektor Angkutan Jalan Raya sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan, dan pada sub sektor Komunikasi (Pos dan Telekomunikasi) sebaiknya tidak diprioritaskan.
  10. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan dengan sub sektornya Bank, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Namun pada sub sektor Lembaga Keuangan tanpa Bank sebaiknya ditinggalkan/tidak diprioritaskan di Kab. Padang Pariaman.
  11. Pada sektor Jasa-jasa terutama sub sektor Pemerintahan Umum di bagian Adm. Pemerintahan dan Pertahanan merupakan sektor unggulan untuk Kab. Padang Pariaman. Sementara itu pada sub sektor Jasa Swasta (bidang Sosial Kemasyarakatan, Hiburan dan Rekreasi, Perorangan dan Rumahtangga) sebaiknya tidak diprioritaskan.
DAFTAR REFERENSI:
  1. Nuzul Achjar, Bahan Kuliah Ekonomi Perencanaan Daerah Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik 2008.
  2. BPS dan Bappeda Padang Pariaman, Padang Pariaman dalam Angka tahun 2005.
  3. Situs Bappeda Kab. Kutai Kartanegara www.bappedakutaikartanegara.go.id

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini