CATATAN PASCA MUSDA II KAHMI PARIAMAN (2)

Setelah puas dan bahagia dengan pelantikan yang sangat meriah dan ramai dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Pariaman dan Padang Pariaman, pengurus mulai menata Kahmi Pariaman sesuai dengan AD/ART Kahmi.

Satu hal penting sebagai Sekum yang harus saya lakukan pertama kali adalah mendaftarkan Kahmi Pariaman ke Kantor Kesbangpol Pariaman dan Kab. Padang Pariaman agar organisasi Kahmi mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari kedua daerah pemerintahan.

Tujuan mendapatkan SKT ini agar Kahmi Pariaman tercatat secara resmi dan leluasa melakukan kegiatan di kedua daerah tersebut. Selain itu, agar bisa berpatisipasi dalam setiap kegiatan resmi pemerintahan baik diminta maupun tidak. Dan juga supaya bisa mengakses dana hibah untuk organisasi.

Setelah mendapatkan SKT dari kedua daerah, kemudian saya mengurus pembuatan rekening lembaga di Bank Nagari bersama Bendum.

Selanjutnya, bersama pengurus lain kami mulai mengadakan kegiatan kegiatan bersifat proyek.

Selama lima tahun masa bakti, hampir setiap tahunnya Kahmi Pariaman mengadakan kegiatan seminar. Yang pertama adalah Seminar dengan judul "Peran Tokoh Masyarakat dan Tokoh Adat Dalam Mengantisipasi Tindakan Radikal" tanggal 24 Desember 2011 (kerjasama Forum Masyarakat Peduli Sumbar, LKAAm padang Pariaman dan KNPI Padang Pariaman), "Pariaman Memilih Pemimpin Dengan Damai dan Jujur Tanpa Money Politik" tanggal 31 Agustus 2013 (kerjasama dengan KPU Kota Pariaman), dan Fokus Grup Diskusi "Evaluasi Kesiapan KPU dan Masyarakat Padang Pariaman Menghadapi Pilkada Serentak 9 Desember 2015" tanggal 5 Desember 2015 (kerjasama dengan KPU Padang Pariaman dan PWI Pariaman).

Biasanya, pada saat Ketua Harian Presidium dipegang Rahmat Tk. Sulaiman dan Vifner pasti ada saja ide kegiatan yang dimunculkannya. Saya sebagai Sekum tentu menyambut baik dan senang karena konsep pemikiran saya dengan Rahmat hampir sama dalam memaknai keberadaan Kahmi ini. Walaupun nanti yang jadi repot sebagai penyelanggara tetap saja saya dan adik-adik HMI Pariaman.

Bagi saya itulah yang saya harapkan dari Kahmi ini. Bisa menunjukkan eksistensinya sekaligus memperlihatkan eksistensi pengurusnya termasuk saya sebagai Sekum. Bagi saya dan Rahmat, Kahmi itu jangan hanya sebatas organisasi paguyuban tempat berkumpul melepas kangen dan rindu tetapi harus berbuat nyata di tengah tengah masyarakat. Aksi nyata pun harus berbentuk ilmiah sesuai karakter dan sifat organisasi Kahmi sebagai organisasi kader akademis.

Selama lima tahun masa bakti Kahmi Pariaman periode pertama, saya dan Rahmat mencoba membangun karakter Kahmi Pariaman yang aktif melakukan kegiatan ilmiah berupa seminar, diskusi dan kajian. Bahkan saya pernah akan menjalankan kegiatan Diskusi Bulanan. Sayangnya, diskusi bulan pertama gagal dilaksanakan walau tempat diskusi dapat meminjam ruang pertemuan Dinas Perhubungan Kab. Padang Pariaman namun yang hadir hanya segelintir orang, sehingga diskusi bulan pertama yang mengambil topik "Kota Pariaman, Prospek dan Kendalanya" batal diadakan.

Selama lima tahun juga terjadi tiga peristiwa yang membuat sedih Kahmi Pariaman yaitu meninggalnya tiga orang alumni yang sangat peduli dan perhatian dengan Kahmi dan HMI Pariaman. Mereka adalah bang Jonimar Boer, bang Usman (suami Teta Nursida) dan Yul Rahmat. Ketiga orang ini adalah orang-orang yang memang sangat peduli dan Kahmi dan HMI Pariaman. Seperti bang Jonimar yang selalu bertanya tentang aktivitas Kahmi dan HMI di Pariaman. Ketika dia pulang kampung dikontaknya semua di Pariaman untuk berkumpul di rumahnya. Sementara bang Usman, rumahnya telah dijadikan tempat pelaksanaan LK I dan LK I serta rapat pendirian Kahmi. Sedangkan Yul Rahmat adalah motor Kahmi dan HMI Pariaman. Motivasi, dorongan dan semangatnya membuat Kahmi dan HMI Pariaman bisa eksis seperti saat ini.

Selama lima tahun itu pula saya mencoba merenungi dan mengevaluasi kenapa setiap kegiatan yang diadakan kurang diminati dan diapresiasi oleh kawan-kawan alumni lainnya kecuali oleh adik-adik HMI Pariaman.

Puncak dari renungan saya adalah saat Musda II Kahmi Pariaman. Di sana saya kembali disadarkan oleh kondisi dan tanggapan kawan-kawan yang hadir bahwa Kahmi itu adalah paguyuban, tempat berkumpul melepas kangen dan rindu. Kahmi tidak berbeda dengan ikatan alumni sekolah/perguruan tinggi lainnya. Hanya kegiatan lepas kangen saja yang bisa eksis di organisasi paguyuban.

Sebelum menerima kenyataan itu saya tetap berusaha membawa misi bahwa Kahmi itu harus lebih dari sekedar paguyuban. Bahkan, saya memanfaatkan kesempatan sebagai pimpinan sidang Musda untuk mengarahkan sidang Musda agar bisa menerima usulan saya untuk merubah model kepengurusan Kahmi Pariaman dari model Presidium menjadi Presidensial.

Tujuan saya adalah agar Kahmi bisa lebih berbuat nyata dengan memakai model Presidensial. Jika dengan Presidium, telah dicoba selama lima tahun dan hasilnya tidak maksimal.

Usulan saya ditolak mentah-mentah dengan alasan, jika Kahmi berbentuk Presidensial maka karakter asli, elan vital Kahmi akan hilang sebagai organisasi paguyuban dan akan menjadi organisasi kemasyarakatan yang memiliki kegiatan program yang harus disepakati dan dilaksanakan persis mirip organisasi HMI. Kemudian, akan lahir sifat kompetisi antar anggota untuk merebut kursi Ketua Umum. Hal ini tentu akan merusak tali silaturahim pada setiap Musda.

Saya mengalah dan mengakui dengan berat hati bahwa Kahmi adalah paguyuban tidak lebih tidak kurang.

Saya harus menerima keadaan itu karena Kahmi beranggotakan alumni HMI yang sudah tersebar di berbagai lapangan pekerjaan, berbagai Orsospol, berbagai kepentingan, berbagai paham dan berbagai tujuan.

Masing-masing anggota itu punya kesibukan utama dalam karir dan eksistensinya. Selama lebih 8 jam dalam sehari, 5 hari dalam seminggu dihabiskan mereka menjalankan amanah tugas dan pekerjaan. Waktu yang tersisa tentu harus dimanfaatkan untuk melepas penat dan rangkik-rangkik. Jika mereka disibukkan lagi dengan program kerja Kahmi maka tambah kusutlah pikirannya. Ini tidak bisa dibantah apalagi dicarikan kata-kata bijak untuk menilai alumni HMI tersebut. Itu makanya para pendiri Kahmi jauh-jauh hari sudah merancang Kahmi itu sebagai organisasi paguyuban.

Setelah "kalah" memperjuangkan misi merubah model organisasi Kahmi Pariaman, pada saat pengusulan nama-nama Presidium saya berusaha menghindarkan diri agar tidak dipilih jadi Presidium. Saya lebih berminat jadi anggota Majelis Pakar. Namun, pada akhir pengusulan, nama saya masuk juga dalam lima orang Presidium.

Akhirnya, saya berketetapan dalam hati agar menerima amanah ini untuk melanjutkan usaha saya dan temam-teman dalam menjaga eksistensi Kahmi di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman.

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini