Logika Sedekah

Sumber gambar: http://dlucky14.wordpress.com
Sebuah tulisan bagus dari bapak Ruslan Ismail Mage yang dimuat di Koran Harian Singalang Minggu (5 Juli 2015) yang berjudul LOGIKA SEDEKAH. Saya ulang posting di sini agar yang belum sempat baca dapat mengambil hikmah di dalamnya. Saya coba persingkat sedikit tulisan beliau dan saya beri sedikit tambahan komentar di bagian akhir.

Sedekah, wilayah transedental yang tidak bisa dilogikan. Hanya bisa dikaji dan didekati menggunakan pendekatan keyakinan dan keimanan. Mungkin ini salah satu faktor yang menyebabkan begitu banyak orang yang kelebihan uang, tapi belum membudayakan sedekah dalam hidupnya, sampai tidak tahu cara membelanjakannya. Nampaknya keyakinan dan keimanan berbanding lurus dengan sedekah. Semakin tinggi keimanan seseorang semakin tinggi semangatnya bersedekah, sebaliknya semakin rendah keyakinan seseorang semakin rendah pula semangatnya bersedekah.

Dalam surat al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 19 Allah berfirman “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bahagian”. Sepintas ayat tersebut tidak bisa dilogikan, karena kita yang bekerja keras siang dan malam, bekerja kepanasan, kehujanan untuk mendapatkan rezeki dikatakan ada rezeki orang lain di dalamnya. Orang lain tidak membantu tetapi memiliki hak dalam rezeki yang kita dapat dengan cucuran keringat.

Dimana letak logika surat tersebut? Coba ikuti ilustrasi sederhana berikut:
Sekitar jam lima pagi biasanya petugas kebersihan kota sudah menyapu daun-daun kering yang banyak bertebaran di jalan, serta menyingkirkan batu-batu yang bisa membahayakan pengendara motor. Anda pun melaju dengan aman menuju tujuan. Di perempatan jalan ada seorang bapak tua mengatur jalan supaya tidak semrawut karena tiba-tiba lampu pengatur jalan macet. Anda pun terhindar dari kemacetan yang bisa merampas waktu produktif Anda bekerja. Sampai di kantor tidak bisa memarkir motor karena sudah penuh tempat parkiran, lalu tukang parkir menggeser motor yang lain untuk mempersilahkan Anda memarkir motor. Sampai di ruangan kerja suasana ruangan sudah bersih disertai segelas air teh di atas meja kerja. Sesaat kemudian Anda menjalankan pekerjaan dengan perasaan tenang dan damai. Begitulah yang terjadi setiap hari sampai akhir bulan Anda menerima gaji.

Sadarkah Anda, ketika setiap hari berangkat ke kantor untuk menjemput rezeki, ternyata begitu banyak bantuan orang lain. Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa ada empat orang (tukang sapu jalanan, bapak tua pengatur jalan, tukang parkir dan petugas kebersihan kantor) yang sudah membantu memuluskan perjalanan dan langkah Anda dalam menjemput rezeki. Lalu adilkah Anda ketika ternyata setiap saat dibantu oleh orang-orang kecil dan lemah, tetapi tidak berbagi ketika mendapat rezeki?

Dengan memahami logika sedekah ini maka tidak ada lagi alasan untuk tidak bersedekah terlebih di bulan Ramadhan penuh berkah ini. Kalau tidak! Jangan terlalu berharap Allah SWT akan memerintahkan malaikat-Nya menggerakkan hati hamba-hambaNya yang lain untuk memberimu pekerjaan kalau tidak terbiasa memberi kepada orang lain. Jangan terlalu bermimpi bisa menerima pekerjaan lebih baik kalau jarang membuat orang lain tersenyum bahagia menerima pemberiannya. Untuk itu, jangan pernah ragukan, ketika Anda memberi maka yakini Anda menerima.

Tambahan dari saya:
Memahami logika Ruslan di atas, saya perhatikan di kantor saya, sebagian kecil senior yang berada di posisi kepala sering melakukan berbagi rezeki kepada pegawai posisi staf apalagi mendekati Lebaran. Semoga kebiasaan tersebut tetap langgeng dan meningkat dari segi kuantitas.

Posting Komentar

0 Komentar

Instructions

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Web Analytics

Lokasi Pengunjung Hari Ini